Minggu, 22 Agustus 2010


- Bagi pengendara mobil, pasti sudah tak asing lagi dengan istilah balancing. Bisa diartikan, menimbang sisi-sisi ban dan pelek untuk mencapai bobot seimbang. Manfaatnya, menghindari getaran pada lingkar kemudi saat mobil berjalan, baik pada kecepatan rendah maupun tinggi.

Kata Suriyadi, “Gunanya untuk mengecek putaran atau getaran yang ditimbulkan di setiap putaran roda. Berat semua pelek harus sama, jika tak sama bisa menimbulkan getaran pada kemudi,” ucap pemilik bengkel Jaya Abadi di Maruya Selatan No 17B, Jakbar ini. Teknisnya, silakan baca ulasan di bawah ini!

Gaya Sentrifugal
Kenapa beratnya harus seimbang? Karena pada saat ban berputar, akan terjadi gaya sentrifugal (gaya semu) yang merata. Namun bila ada salah satu roda yang titik beratnya berbeda, maka gaya sentrifugal akan cenderung ke arah titik yang lebih berat. Sehingga akan menimbulkan getaran yang ujung-ujungnya bikin enggak nyaman.

“Selain itu akan memperpendek usia komponen suspensi seperti ball joint, sokbreker, tie rod dan bushing-bushing akibat adanya getaran tersebut,” sambung Bambang Setyono, operational manager bengkel Nawilis di Radio Dalam, Jaksel.

Nah, yang jadi pertanyaan, kapan roda itu harus di-balancing? “Saat ganti ban baru, ganti pelek atau bongkar pelek, setiap menempuh jarak 10.000 km dan saat terjadi getaran pada kemudi (tanpa proses pengereman),” anjur Bambang.

Namun jika tak ada gejala getar di setir, Bambang lebih menyarankan, “Walaupun mobil sudah mencapai 10.000 km tapi tak ada gejala getar, sebaiknya tetap dilakukan balancing. Soalnya getaran di roda yang diredam oleh komponen suspensi lama kelamaan akan semakin bertambah atau besar sehingga bikin rusak/aus komponen tersebut.”

Timah balanced ada tiga tipe sesuai jenis dan bahan pelek
Sebelum di-balancing, sebaiknya ban, pelek dan kaki-kaki harus dalam kondisi baik
Timah Balanced
Pada proses balancing, untuk memperoleh berat seimbang dipakailah timah khusus yang ditempelkan pada pelek untuk menambah berat yang kurang (supaya seimbang). Beratnya berbeda-beda, tidak bisa ditentukan berapa banyak timah yang diperlukan untuk bikin seimbang satu pelek, baik sisi kiri maupun sisi kanan.

Timah balance ini terbagi 3 model. Pertama, timah balance model tempel, khusus dipasang pada pelek racing. Kedua, timah balance getok khusus pelek standar bawaan pabrik dan timah balance getok khusus pelek berbahan besi.

“Meskipun timah balance tempel bisa dipasang pada semua pelek, tapi sebaiknya jangan dilakukan. Karena akan mempengaruhi tingkat akurasinya. Sebaiknya pakai timah yang sesuai dengan tipe pelek,” wanti Suriyadi.

Proses Balacing
Sebelum proses balancing, biar hasilnya lebih maksimal, sebelumnya harus dilakukan pengecekan awal. Yakni ngecek kondisi ban, pelek dan kaki-kaki. Kalau kondisi ban sudah aus maupun benjol, sebaiknya diganti dulu. Bila pelek peyang atau retak, lebih baik dipres (perbaiki) dulu. Karena akan mempengaruhi hasil balancing.

“Kondisi tie rod, ball joint, sokbreker dan bushing-bushing juga harus dalam keadaan baik semua. Kalau ada yang aus atau rusak, juga harus diperbaiki lebih dulu,” anjur Suriyadi.

Setelah pengecekan di atas dilakukan dan hasilnya semua dalam kondisi prima, tinggal proses balancing pada alat. Umumnya, kondisi pelek yang tak seimbang (kekurangan berat) akan dapat terlihat dilayar monitor alat balancer.

“Tanda panah warna hijau yang ditunjukkan layar monitor, menunjukkan titik dimana beban atau timah balance harus ditempelkan. Seberapa beratnya, tinggal melihat angka di pojok atas kiri atau kanan layar monitor,” terang Bambang lagi.

Intinya, pemberian timah tersebut berguna untuk menyeimbangkan bobot pelek yang telah dipasangi ban bagian luar dan dalam (kiri dan kanan).



Balancing On The Car ( BOC)
Seiring perkembangan zaman dan teknologi, selain mesin balanacer biasa yang kerap kita lihat di bengkel pada umumnya, juga terdapat mesin bernama balancing on the car (BOTC). Lebih tepatnya, proses balancing yang dilakukan saat atau pada roda terpasang di mobil.

Prosesnya, setelah pelek dan roda di-balancing pada mesin balancer biasa, lalu ban dan pelek tersebut dipasang kembali pada mobil. Kemudian dibalans ulang dengan mesin balance khusus yang juga dinamai hi-speed balance.

“Selain pelek dan ban, baut roda, piringan cakram/tromol rem, poros roda dan bearing ikut di-balance, sehingga tingkat akurasinya lebih sempurna dibanding balancing biasa,” ujar Bambang.

BOTC ini biasa diaplikasi pada mobil-mobil yang sering melaju pada kecepatan tinggi di atas 100 km/jam atau yang sering melewati jalan tol. Meski ongkosnya 2 kali lebih mahal dibanding biaya balancing biasa, tapi BOTC banyak juga peminatnya. Baik yang suka lewat jalan tol maupun jalan perkotaan.

“Saat melaju di tol, getaran pada kemudi sama sekali enggak terasa. Beda dengan balancing biasa, masih ada getaran semunya. Kenyamanan dan kestabilan berkendara juga lebih baik,” terang Bambang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar